Radikalisme belakangan ini menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Gejala radikalisme di dunia Islam bukan fenomena yang datang tiba-tiba. Ia lahir dalam situasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang oleh pendukung gerakan Islam radikal dianggap sangat memojokkan umat Islam.
Secara politik mereka merasa bukan saja tidak diuntungkan oleh sistem, tapi juga merasa diperlakukan tidak adil. Secara ekonomi pun mereka merasa tidak lebih baik. Kelompok Islam radikal menganggap kepentingan ekonomi umat Islam tidak dilindungi, bahkan diabaikan dan dipinggirkan. Sementara itu, dalam konteks sosial budaya, umat Islam semakin kehilangan orientasi dengan makin kuatnya serbuan budaya Barat. Ikatan-ikatan sosial yang sebelumnya cukup kuat menyatukan kelompok-kelompok Muslim kemudian tercerai-berai akibat jebolnya pertahanan budaya yang dimiliki umat Islam.
Dalam suasana seperti itulah Islam radikal mencoba melakukan perlawanan. Perlawanan itu muncul dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Untuk itu mereka juga berjuang melawan musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial-keagamaan yang dipandang menyimpang.
0 komentar:
Posting Komentar